Artikel

“The New Teaching English Academic Metodology

  • Di Publikasikan Pada: 23 Jun 2023
  • Oleh: Admin

Pada Kamis, 22 Juni 2023 telah dihelat acara stadium general oleh Pusat bahasa dan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UMSurabaya. Pembicara yang dihadirkan yakni Erwin Wibisiono seorang General Manager di PT EWA Surabaya. Beliau pada kesempatan kali ini mengulas terkait “The New Teaching English Academic Related to Kurikulum Merdeka”.

Beliau memaparkan materinya kepada audiens dengan cara yang menyenangkan. Para audiens dibagi menjadi 8 kelompok, dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. Kemudian, dari kelompok-kelompok itulah diajak diskusi studi kasus yang berhubungan dengan materi yang diulas.

Dari materi yang diulas hari ini, terdapat 4 keyword penting yakni new teaching, English academic, metodologi, dan kurikulum merdeka. Empat keyword tersebut diulas secara ringkas dengan para audies melalui cara diskusi.

Kami dibekali bagaimana cara mangajarkan English academic dengan cara baru. Seperti yang kita tau bahwa untuk pembelajaran Inggris hanya ada dua Kiblat yakni US or UK. Dari PT Ewa memiliki dua skema pembelajaran yakni scheme of Cambridge curriculum (CAIE) dan scheme of US pre-university.

Dua kurikulum tersebut diulas, sehingga kami dapat mengetahui perbedaan diantara keduanya. Dari skema-skema tersebut tentunya ada beberapa hal yang dapat kita tiru sebagai metode pembelajaran yang menarik bagi para peserta didik, terutama untuk megajarkan bahasa inggris.

Dalam mengajarkan bahasa inggris dengan metode new teaching para siswa diajarkan dengan cara watching, listening, speaking and doing. Dengan begitu para peserta didik nantinya akan ikut secara aktif selama pembelajaran dan memahami materi secara lebih mendalam. Salah satu cara sederhananya yakni mengajak peserta didik untuk berdiskusi kasus kemudian menyampaikan hasil analisisnya.

Metode new teaching ini selaras dengan capaian pengajaran yang diinginkan oleh kurikulum merdeka dan selaras pula dengan National Geographic Learning. Dimana para peserta didik dituntut untuk memiliki 21st century skill, diantaranya kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif dan kritis, serta problem solving. Kemampuan-kemampuan itulah yang diajarkan kepada kami hari ini melalui cara diksusi. Tidak ada jawaban benar salah selama diskusi, karena semua memiliki perspektif dan berpikir kereatif sebelum menyampaikan pendapat hasil diskusi kelompoknya.

Setelah itu, kami juga diajarkan bagaimana cara mengecek visual literacy yang menarik bagi peserta didik atau tidak, serta apakah sudah HOTS atau tidak, supaya dapat melatih kemampuan bernalar peserta didik. Untuk mengecek bahan ajar sudah HOTS atau tidaknya dapat menggunakan blooms taxonomy.

“Saya berharap agar nantinya para audiens yang hadir pada hari ini dapat menerapkan metode new teaching English, sehingga tidak terjadi lagi seperti zaman saya dulu yang pengajarannya dilakukan dengan metode lecturer.  Dengan new teaching English para peserta didik nantinya akan memiliki 21st Century skill dan merasa fun saat belajar,” ujar Erwin Wisiono sebelum mengakhiri pemaparan materinya.